Selasa, 07 April 2015

KEBUDAYAAN YANG MEMACU DIRI

            Pada bahasan kali ini saya akan membahas tentang kebudayaan asli kita yang dapat memacu diri kita. Berhubung saya mempunyai darah keturunan Jawa maka yang akan saya bahas disini mengenai suku Jawa.
            Suku jawa, adalah suatu suku yang unsur budayanya sangat kuat dan mampu bertahan hingga saat ini. Budaya-budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat jawapun sangat banyak dan beragam. Mulai dari bahasa sehari-hari, ritual-ritual keagamaan hingga hiburan semua menjadi budaya yang mempunyai sisi positif bagi masyarakat jawa.
            Bahasa jawa termasuk salah satu bahasa paling sulit didunia, karena bahasa jawa mempunyai tingkatan-tingkatan yang berbeda –beda dalam penggunaanya. Kesemuaan budaya jawa mengajak masyarakaatnya untuk saling menghormati, saling membantu/ tolong-menolong, sopan santun dan tauhid. Jika dipandang sekilas budaya jawa sangatlah humanis. Budaya jawa tidak hanya berimbas pada satu orang pribadi tetapi semua orang yang ada didalamnya akan ikut terkena efek positifnya.Dapat dilihat orang-orang jawa yang masih mepertahankan tradisi-tradisi jawa. Orang itu akan terlihat begitu santun, sangat sosialis dan religius. Karena budaya jawa dapat mencakup kesemua aspek itu.Masyarakat jawa mempunyai elastisitas yang tinggi untuk memepertahankan budayanya. Elastisitas mempunyai makna kefleksibelan dan kemampuan sesuatu atas adanya gangguan atau input dari luar.
            Untuk lebih jelas kita bisa lihat pada contoh orang jawa yang mengikuti program transmigrasi ke luar jawa, dengan segala keterbatasan dan lingkungan yang masih asing, mereka telah menunjukan suatu prestasi kemampuan yang luar biasa. Mereka berhasil membaur dan beradaptasi dengan lingkungan serta penduduk sekitar.Apa yang dapat kita tarik sebagai kesimpulan dari cerita di atas adalah suatu fenomena yang realitasnya adalah bahwa orang Jawa dengan kebudayaannya dapat terus hidup (survival) meskipun jauh di perantauan dan dapat berdampingan serta melebur dengan masyarakat dan kebudayaan lain yang sama sekali berlainan karakternya. Hal ini membuktikan bahwa orang Jawa dan kebudayaan Jawa memiliki kemampuan untuk terus menerus hidup menyesuaikan diri dengan tantangan dan perubahan zaman. . Tapi yang selalu harus menjadi catatan dan patut dibanggakan, bahwa mereka selalu dapat hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan alam dan lingkungan sosial-budaya tempatan. Dalam konteks pengembaraan budaya Jawa ke seluruh Indonesia maupun ke manca negara itu, akulturasi pun dengan demikian terus selalu terjadi antara budaya tempatan dengan budaya Jawa sebagai pendatang.
            Akan tetapi selalu saja dapat kita amati, bahwa nilai-nilai kejawaan tampaknya masih cukup jelas terlihat bahkan mendominasi. sistem pengendalian yang paling utama pada masyarakat Jawa adalah menempatkan masyarakat beserta adat istiadatnya secara dominan yang menentukan arah perilaku individu-individu warganya. Otonomi individu beserta penampilan kepribadian nya memainkan peran agak sekunder. Kepentingan individu diserasikan secara harmonis dengan kepentingan kolektif atau masyarakat keseluruhan. Masyarakat Jawa dikategorikan dalam sistem budaya yang mengutamakan nilai keserasian hidup kolektif. Institusi sosial ada atau diadakan agar berfungsi untuk memainkan peran yang mengkontribusi kepada kepaduan formasi keseluruhan masyarakat yang utuh. Kebutuhan-kebutuhan individu dengan sendirinya akan terpenuhi langsung terkait dengan berfungsinya lembaga-lembaga sosial itu. Perwujudan dari nilai keserasian hidup dapat dilihat dalam praktek kerja bersama yang disebut gotong royong. Kerukunan semacam ini didasari oleh empat sifat dasar manusia yakni simpati, keramahan, rasa keadilan dan kepentingan pribadi yang selaras dengan tatanan sosial menurut adat istiadat. Berdasarkan cara berfikir tertentu, manusia jawa memandang nilai hormat dan rukun memiliki makna amat penting dan berharga dalam hubungan interaksi dengan sesamanya.Kedua nilai tersebut bukan saja merupakan petunjuk moral yang mendasari tindak-tanduk kekeluargaan Jawa, melainkan malah merupakan pusat pengertian baginya. Yang pertama ialah sekelompok nilai yang berkenaan dengan pandangan. Kejawen tentang tata krama penghormatan, dan yang kedua adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan pengutamaan orang Jawa terhadap terpeliharanya penampilan sosial yang harmonis”. Hal-hal ini yang mendorong masyarakat Jawa untuk merealisasikan nilai sosial yang dibawanya sehingga dapat terwujud keserasian dan keharmonisan masyarakat.

Sumber :

https://worldeducations.wordpress.com/2013/09/10/5/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar