Pembunuhan
berencana yang dilakukan Ahmad Imam Al Hafitd alias Hafiz (19) dan kekasih
barunya Assifa (18) terhadap mantan kekasih Hafitd, Ade Sara Angelina (18)
merupakan tindakan yang cukup kejam. Siapapun akan terbelalak dengan apa yang
dilakukan pasangan kekasih ini.
Peristiwa
ini secara umum menandakan adanya pergeseran nilai moral dan nilai etika di
tengah masyarakat yang terjadi dalam 10 tahun terakhir.
Akibatnya,
banyak masyarakat, termasuk generasi muda, yang sudah kehilangan kemampuannya
untuk me-manage dan menyelesaikan masalah yang terjadi pada dirinya dengan baik
dan dengan cara yang benar.
Hal
itu dikatakan Psikolog Klinis dan Forensik, Kasandra Putranto, Jumat, kepada
Warta Kota (Tribunnews.com Network).
"Sehingga
mereka justru cenderung menyelesaikan masalah yang ada, dengan mengambil jalan
pintas yakni melenyapkan siapapun atau apapun yang dianggap menjadi sumber
masalahnya," katanya.
Bahkan,
tambah Kasandra, cara-cara kekerasan dianggap menjadi trend yang biasa, dan
dianggap cara terbaik dan termudah demi terselesaikannya masalah mereka.
"Padahal
itu semua sebenarnya bukan menyelesaikan masalah dan bahkan menambah masalah
serta merugikan orang lain dan keluarga," kata dia.
Kasandra
menjelaskan pergeseran nilai moral dan etika yang berujung hilangnya kemampuan
seseorang dalam me-manage dan menyelesaikan masalah ini, penyebabnya
bermacam-macam. Pada setiap orang, penyebab dan pengaruhnya berbeda-beda.
"Untuk
kasus Hafitd ini, sebagai psikolog saya harus memeriksa kedua pelaku untuk
dapat menganalisa dan memastikan apakah mereka terindikasi memiliki gangguan
atau tidak. Karenanya saya tidak bisa menganalisa sembarangan dengan hanya
bermodal informasi dari pemberitaan atau pernyataan pihak berwenang,"
ujarnya.
Sebab,
katanya, faktor yang mempengaruhi hilangnya kemampuan menyelesaikan masalah
secara wajar, ke setiap orang akan berbeda-beda.
Namun
secara umum, Kasandra mengatakan jika dibandingkan dengan 10 sampai 30 tahun
lalu, maka saat ini semua saluran informasi lebih terbuka lebar, apalagi dengan
adanya internet. Pengaruh media massa sangat mungkin ikut berperan besar pada
hilangnya kemampuan menyelesaikan masalah di diri setiap orang.
Selain
itu, bisa saja saluran informasi yang terbuka lebar memberikan trend bahwa
menyelesaikan masalah dengan cepat adalah cenderung mengambil jalan pintas
dengan kekerasan.
"Jika
ada orang yang memandang bahwa faktor ekonomi yang makin sulit ikut berperan
dalam hilangnya kemampuan seseorang menyelesaikan masalah, saya merasa hal itu
kurang tepat. Sebab dulu, dengan faktor ekonomi yang lebih sulit dibanding saat
ini, masyarakat dan setiap orang tidak terlalu se-ekstrim sekarang ini dalam
menyelesaikan masalah mereka," papar dia.
Karenanya,
kata Kasandra, secara umum, masyarakat harus mau kembali memegang nilai moral
dan nilai etika yang lama dimana di sana menjadi kunci agar pergeseran nilainya
ke depan tidak semakin jauh.
"Kalau
kita menilik ke 30 tahun lalu, maka tidak akan ada atau jarang sekali ada
pembunuh berusia 20 tahunan atau remaja. Tapi sekarang, pembunuh berusia muda
tercatat cukup banyak, bahkan ada anak 8 atau 10 tahun yang membunuh
rekannya," katanya.
Ini,
menurut Kasandra, menandakan nilai-nilai moral dan etika yang dipupuk keluarga,
lingkungan dan masyarakat tidak lagi seperti dulu karena bergeser ke arah yang
memprihatinkan.
Pergeseran
nilai ini juga bisa dilihat dimana seks bagi anak muda dan masyarakat banyak
sekarang ini, bukan lagi hal yang tabu dan memalukan. Seks bahkan kerap dipertontonkan
dimanapun di ruang publik, yang jika menilik 10 atau 30 tahun lalu sangat tidak
mungkin.
"Untuk
itu, benteng agar peristiwa ini tidak lagi terjadi, maka kita semua mesti
sepakat kembali ke nilai-nilai moral dan etika yang lama dan luhur sesuai
ajaran agama kita dan masyarakat tidak lagi permissif dengan nilai-nilai moral
dan etika yang buruk," ujarnya.
Dari
sana, menurut Kasandra, akan dapat tumbuh dalam setiap pribadi dan generasi
muda kita kemampuan yang mumpuni dalam menyelesaikan setiap masalah baik yang
timbul, dalam hubungan pribadi, hubungan antara sesama dan teman, juga hubungan
didalam masyarakat dan keluarga.
Jadi,
pembunuhan yang dilakukan Hafitd dan Assifa terhadap Ade Sara merupakan
kesalahan orang tua, sekolah yang tak mengajarkan budi pekerti dan
sopan-santun, masyarakat yang munafik dan korup, media yang bebas dan
pendidikan yang gagal di keluarga, sekolah dan masyarakat yang korup.
sumber:
tribunnews.com/metropolitan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar